Konservasi Kreatif oleh Pemuda

Konservasi Kreatif oleh Pemuda

Speakers

Djaduk Ferianto
adalah seorang aktor dan seniman musik Indonesia. Ia adalah anak bungsu dari Bagong Kussudiardja, koreografer dan pelukis senior Indonesia. Sejak tahun1972, Djaduk sering menggarap illustrasi musik sinetron, jingle iklan, penata musik pementasan teater, hingga tampil bersama kelompoknya dalam pentas musik di berbagai negara. Pada tahun 1995, bersama dengan Butet Kertaredjasa dan Purwanto mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika, yang merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern. Pada tahun 1997, Djaduk mengolah musik keroncong dengan mendirikan Orkes Sinten Remen. Di bidang filmografi, Djaduk menjadi salah satu pemeran dalam film Petualangan Sherina (2000). 

Garin Nugroho
adalah sutradara kenamaan Indonesia yang telah banyak menghasilkan penghargaan internasional. Alumnus Fakultas Sinematografi Institut Kesenian Jakarta dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini memulai karir sebagai sutradara film dokumenter. Namanya mulai beredar setelah film cerita panjang pertamanya, Cinta dalam Sepotong Roti (1990) langsung meraih penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia 1991. Film keduanya, Surat untuk Bidadari (1992), membawa Garin ke dunia panggung film internasional. Pada Perayaan 250 tahun Mozart (2006), Garin terpilih menjadi salah satu dari enam 'innovative directors' dunia untuk membuat film yang kemudian melahirkan Opera Jawa. Di akhir 2006, ia ikut mendirikan Jogja NETPAC Asian Film Festival. Karya terkenal lainnya adalah Daun di Atas Bantal, The Mirror Never Lies, dan Soegija.

Sinta Ridwan
adalah alumnus Magister Filiologi Universitas Padjajaran. Sinta adalah penderita lupus dan memiliki filosofi bahwa obat yang paling mujarab untuk segala penyakit adalah perasaan bahagia. Pengalamannya sebagai penderita lupus ia tuangkan dalam sebuah otobiografi yang berjudul Berteman dengan Kematian. 
Untuk mengisi hari-harinya, Sinta memiliki minat untuk mengajarkan naskah kuno sesuai latar belakangnya sebagai Fiolog. Kecintaaannya terhadap naskah kuno mendorong Sinta untuk membuka kelas aksara kuno (Aksakun) di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung.  Hingga saat ini, tercatat sebanyak 200 orang telah mengikuti kelas Aksakun. Atas kontribusinya ini, Sinta dianugerahi gelar Kick Andy Heroes 2012 oleh Metro TV.

Is Yuniarto
adalah penulis komik wayang Garudayana: sebuah komik fiksi yang mengambil cerita dari epos Mahabarata. Bakatnya dalam membuat komik terlihat dari berbagai prestasi yang pernah diraihnya, antara lain: Juara Favorit Lomba Komik Jawa Pos 2001, runner-up Lomba Komik Asia 2003, dan Juara 1 Lomba Komik Animonster 2006. Selain Garudayana, ia juga telah menghasilkan dua komik yang laris di pasar Indonesia yaitu Knights of Apocalypse dan Wind Rider. Karyanya yang terakhir adalah komik 5 cm yang ceritanya diambil dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Donny Dhirgantoro. Karya-karyanya dapat dilihat di http://windriderstudio.com/

Suwarno Wisetrotomo
adalah pengajar di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Selain menjadi dosen, Suwarno juga dikenal sebagai kurator dan kritikus seni. Lulusan S2 Program Studi Sejarah UGM ini saat ini sedang menempuh pendidikan doktor di institusi yang sama. Di samping menulis kritik dan menjadi kurator pameran di dalam dan di luar negeri, ia juga menjadi Pemimpin Redaksi ARS-Jurnal Seni Rupa dan Desain (sejak 2006), anggota redaksi Jurnal SENI-Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni (sejak 1992), dan anggota Dewan Kebudayaan Provinsi DIY (2001-2008). Selain itu, ia sering kali tampil sebagai pembicara di berbagai forum seminar di dalam dan luar negeri, antara lain: Conference of Contemporary Art with Humanity Concern dalam rangka The Second Beijing International Art Biennale di Anhui, China (2005); International Aesthetic Conference Asian Society of Art di Gianyar, Bali (2006); dan The 5th International Aesthetic Conference di Ritsumeikan University Kyoto, Jepang (2007).

Laretna Adisakti
adalah pengajar di jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada. Doktor lulusan Kyoto University Jepang ini sangat aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan heritage. Ia bersama rekan-rekannya telah membentuk Jaringan Pelestarian Pusaka Seluruh Indonesia pada tahun 2003.  Selain itu, ia juga merintis berdirinya Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur (Center for Heritage Conservation, 1998). Di tingkat regional, ia turut mendirikan Asia West Pacific Network for Urban Conservation. Bersama Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), ia ikut membidani lahirnya Jaringan Kota Pusaka Indonesia (2008) yang beranggotakan walikota dan bupati di Indonesia. Atas kontribusinya ini, koran bisnis The Nikkei (Jepang) memberikan penghargaan Nikkei Asia Prizes kategori kebudayaan. Penghargaan serupa juga diberikan kepada Widjojo Nitisastro, Christine Hakim, dan Ki Manteb Sudarsono.

Daud Tanudirjo
adalah doktor lulusan Australian National University. Saat ini, ia menjadi dosen Arkeologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Daud Tanudirjo aktif dalam konsevasi berbagai situs budaya dan museum di Indonesia seperti Candi Borobudur, situs Majapahit Trowulan, Benteng Vrederburg, dan Museum Lambung Mangkurat. Selain itu, ia pernah mengikuti APEC International Symposium on Intercultural and Faith, Meeting for Society for American Archeology, dan Conference on Rethinkung Cultural Resource Management in Asia. Saat ini, ia tercatat sebagai anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia dan Indo-Pacific Prehistory Association. 

Heddy Shri Ahimsa Putra
adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM. Beliau mendapatkan pendidikan doktoral bidang antropologi budaya di Columbia University, AS (1986). Sebagai seorang dosen, Heddy mengajar di berbagai universitas dan instansi selain di UGM, antara lain di Universitas Indonesia, Universitas Udayana, Universitas Riau, Universitas Cendrawasih, dan Dagon University Myanmar. Heddy terlibat di banyak penelitian untuk jurnal internasional. Beberapa tulisannya yang sering dijadikan referensi adalah Twenty Years After: Economic, Social, and Cultural Impacts of Tourism in Borobudur dan Unity in Diversity: Faces of Islam in Indonesia. Selain di bidang akademik, Heddy tercatat sebagai anggota Selection Committee SEASREP Foundation dan anggota delegasi misi kebudayaan ASEAN-Jepang.

0 comments:

Post a Comment